AWAS, GADGET MEMBUAT OBESITAS !!

 

 

Gadget adalah sebuah istilah dari bahasa Inggris yang bermakna alat atau piranti elektronik berukuran kecil dan memiliki fungsi khusus dan praktis. Beberapa contoh gadget yang sangat erat dengan kehidupan sehari – hari dewasa ini adalah : HP atau smartphone, tab (tablet), TV, PS (play station), dan laptop. Lalu bagaimana bisa gadget membuat obesitas?

Obesitas atau kegemukan ditandai dengan kelebihan cadangan lemak tubuh, berat badan yang sangat berlebih (garis KMS masuk warna merah paling atas untuk balita, IMT (Indeks Massa Tubuh) <25 kg/m2), dan berisiko saat lingkar perut >88cm untuk wanita dan >102cm untuk laki – laki. Obesitas merupakan faktor penyebab dari penyakit Diabetes Mellitus (DM), penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan hipertensi. Faktor yang secara langsung dapat menyebabkan obesitas adalah asupan energi yang berlebih dibanding kebutuhan gizi dalam jangka panjang dan rendahnya aktivitas fisik (sering bermalas – malasan atau sebagian jam dihabiskan dengan duduk).

Dan, gadget dapat mempengaruhi kedua faktor tersebut!

Terdapat beberapa efek gadget dan media yang berkontribusi terhadap obesitas, yaitu:

  • Mengajarkan pola makan dan pemilihan jenis makanan yang tidak sehat dari acara TV dan iklan
  • Iklan makanan mengajak untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori tapi rendah nilai gizi
  • Meningkatkan perilaku jajan ketika menonton TV
  • Meningkatkan aktivitas sedenteri atau bermalas – malasan (hanya berdiam diri untuk menonton TV) sehingga menggantikan aktivitas fisik lainnya
  • Mengganggu pola tidur normal

Gadget mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik.. Bagaimana mekanismenya??

  1. Pola makan dan pemilihan makanan yang tidak sehat

Pola makan seseorang dipengaruhi oleh faktor biologi (efek biologis yang dihasilkan dari makanan), pengalaman mengenai makanan (kondisi psikologis dan sosial), faktor individu, dan faktor sosial atau lingkungan (media, keluarga, teman). Dewasa ini, faktor lingkungan memberikan pengaruh yang besar terhadap pemilihan makanan dan pola makan. Paparan media yang muncul melalui gadget merupakan sumber informasi utama yang sangat mudah diakses dan menyediakan informasi mengenai makanan dan gizi, meskipun belum semua adalah benar. Lebih dari 50% iklan di TV menampilkan iklan makanan dan minuman, dan hampir 80% merupakan jenis makanan dan minuman seperti makanan manis (permen dan coklat), snack, minuman soda, sereal, dan fast food. Makanan tersebut mengandung tinggi energi, natrium, lemak, dan gula, serta rendah kandungan zat gizi lainnya, atau disebut junk food. Junk food adalah makanan yang dapat merusak kesehatan dan sangat cepat meningkatkan berat badan.

Makanan dan minuman yang terlihat enak, iklan yang unik dan menarik, menggunakan karakter tokoh kartun, games, kemasan yang lucu, dan menawarkan berbagai hadiah akan membuat konsumen tertarik dan ingin mencoba untuk membeli makanan dan minuman tersebut. Terlebih lagi efek psikologis seperti rasa puas terhadap merk tertentu atau gengsi yang muncul saat mengonsumsi makanan dan minuman tersebut, serta ajakan teman menyebabkan konsumsi junk food menjadi kebiasaan.

Selain itu, ketika screen time (waktu saat menggunakan gadget atau terpapar media visual) seperti menonton TV, film, browsing, mengerjakan tugas, chating, dan bermain games, baik sadar maupun tidak sadar akan meningkatkan kegiatan makan seperti mengemil. Jenis makanan yang dikonsumsi sebagian besar adalah junk food. Jenis makanan junk food tersebutlah yang menyebabkan asupan energi menjadi berlebih tanpa disadari sehingga menyebabkan obesitas. Terdapat penelitian di Inggris selama 30 tahun yang menemukan bahwa semakin tinggi rata – rata lama menonton TV pada akhir pekan merupakan faktor prediksi peningkatan IMT (Indeks Massa Tubuh) pada umur 30 tahun. Penambahan tiap jam menonton TV di akhir pekan pada usia 5 tahun, akan meningkatkan risiko obesitas 17% saat dewasa. Hal yang hampir sama ditemukan di New Zealend, Scotlandia, Jepang, dan Amerika.

  1. Penurunan aktivitas fisik dan gangguan pola tidur normal

Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa aktivitas fisik menurun sesuai dengan meningkatnya screen time. Saat screen time cenderung hanya duduk dalam beberapa jam, dan tidak melakukan aktivitas fisik lainnya. Screen time menggeser waktu untuk beraktivitas fisik (bermain, berkegiatan, olah raga). Penurunan aktivitas fisik dan peningkatan aktivitas sedenteri (bermalas – malasan atau hanya berdiam diri) akan menurunkan tingkat metabolisme tubuh. Hal tersebut menyebabkan penggunaan energi menjadi tidak efisien sehingga akan dirubah dalam bentuk cadangan adiposa atau lemak lemak tubuh, sehingga menyebabkan obesitas.

Screen time juga akan mengganggu waktu tidur. Tidur larut malam berhubungan dengan konsumsi makanan yang lebih dibanding tidur tepat waktu. Jenis makanan yang dikonsumsi cenderung snack dan rendah makanan sehat. Hal tersebutlah yang menyebabkan obesitas. Pada orang dewasa, menonton TV selama 3 jam dapat berisiko menyebabkan kesulitan tidur. Saat tidur, metabolisme akan lebih cepat dibanding saat menonton film. Sehingga ketika waktu tidur berkurang maka metabolisme tubuh menjadi tidak optimal.

Asupan makan berlebih dan pola makan tidak sehat yang menyebabkan kelebihan energi dan risiko penyakit degeneratif, serta penurunan aktivitas fisik dan gangguan pola tidur yang dapat menurunkan tingkat metabolisme tubuh merupakan hal yang menyebabkan obesitas. Guna menghindari risiko obesitas dari gadget, dapat dilakukan dengan : membatasi menonton TV non edukasi kurang dari 2 jam/hari, mengawasi anak ketika menonton TV,  menyaring informasi dan iklan makanan dan minuman dengan benar, menggunakan screen time sesuai kebutuhan dan untuk hal – hal yang penting, serta cukup kegiatan aktif, berolahraga, dan istirahat.

Gunakanlah gadget Anda dengan bijak, dan jangan biarkan gadget merusak kesehatan Anda 🙂

Referensi

Council on Communications and Media. 2011. Children, Adolescents, Obesity, and the Media. Pediatrics 2011;128;201.

Termini, Roseann B; Roberto, Thomas A; dan Hostetter, Shelby G. 2011. Food Advertising and Childhood Obesity : A Call to Action for Proactive Solutions. Minnesota Journal of Law, Science & Technology. 2011;12(2):619-651.

Harris, Jennifer L; Bargh, John A; dan Brownell Kelly D. 2009. Priming Effects of Television Food Advertising on Eating Behavior. Journal oh Health Psycology: 2009;28(4):404-413.

Roemling, Cornelia; Qaim, Matin. 2012. Obesity trends and determinants in Indonesia. Appetite 58 (2012) 1005–1013.

Popkin, Barry M; Adair, Linda S; dan Ng, Shu Wen. 2012. Now and then : The global nutrition transition : The pandemic of obesity in developing countries.

Waters, Eizabeth et all. 2010. Preventing Childhood Obesity. Evidence Policy and Practice. Singapure : Wiley Blackwell. (Ebook dari : http://sgh.org.sa/Portals/0/Articles/Preventing%20Childhood%20Obesity%20-%20Evidence%20Policy%20and%20Practice.pdf, diakses pada Senin, 1 Desember 2014).

The Science of Food Choise

The Henry J Kaiser Family Foundation. The Role of Media in Childhood Obesity. 2004. Issue Brief : 2004;Februari:1-12p.

Tarigan, Terapul; Ervani, Nancy; dan Lubis, Syamsidah. 2007. Pola Menonton Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Anak. Sari Pediatri 2007; 9(10):44-47.

Leave a comment